"Seharusnya, mulai sekarang pemprov Kalbar dan Pemkab Kubu Raya sebagai daerah yang memiliki Bandara Supadio ini bisa memikirkan peluang yang lebih besar ke depan. Yakni dengan membuka jalur penerbangan kearah barat, seperti Honolulu, Kini Balu, Brunei, Singapuore, Kuala Lumpur, bahkan RRC dan Jepang, mengingat letak Bandara Supadio ini sangat strategis dan berdekatan dengan daerah-daerah yang saya sebutkan di atas," kata pengamat transportasi penerbangan Kalimantan Barat Syarif Usmulyani, Ah. Pnb, SE, SSiT di Sungai Raya, Jumat.
Menurutnya, jika peluang itu bisa ditangkap oleh Pemerintah, jelas akan memberikan multiplayer efek yang besar bagi perkembangan Kalbar dan Indonesia.
Apa yang dipaparkan Usmulyani bukan suatu hal yang tidak berdasar. Karena jika dilihat dari peta jalur penerbangan dunia, Bandara Supadio memiliki koneksitas penerbangan langsung ke Guang zo, Taipe dan beberapa maskapai lainnya di Negara lain.
"Bayangkan saja, jika bandara ini berkembang, di mana jalur bisnis, jalur investasi dan jalur vital lainnya bisa langsung ke Pontianak tanpa harus melakukan transit terlebih dahulu ke Jakarta. Berapa penghematan yang bisa dilakukan, dan tentu harga tiket yang ada juga akan lebih terjangkau, sehingga daerah ini akan lebih terbuka terhadap perkembangan," katanya.
Lebih jauh Usmulyani mengatakan, sebenarnya peluang itu sudah pernah di dapat oleh Bandara Supadio, tepatnya pada tahun 2008 lalu. Di mana dengan adanya konsep Aerocity dan keseriusan investor asal Inggris, Atkins yang bersedia mengembangkan konsep aerocity itu di Bandara Supadio.
Namun hal itu mentah karena ketidak seriusan pemerintah provinsi untuk melakukan pengembangannya.
Saat itu Usmulyani ikut langsung menggiring rencana pengembangan Aerocity. Pemkab Kubu Raya yang saat itu dipimpin oleh Pj Bupati juga menyetujui, bahkan sudah bertemu langsung dengan investornya.
Namun, karena konsep itu mau di pindahkan Gubernur Kalbar ke Kabupaten Landak, sehingga mengakibatkan investor Atkins menjadi membatalkan rencana itu. "Dan ini yang sangat saya sesalkan, di mana peluang besar sudah di depan mata, namun di sia-siakan begitu saja," katanya.
Melihat kondisi yang ada saat ini, karena peluang besar yang sudah ada disia-siakan begitu saja mengakibatkan perkembangan bandara Supadio sangat lamban.
Dia menyatakan, dalam rencana pengembangan bandara Supadio yang dilakukan PT. Angkasa Pura II dan pemerintah pusat membutuhkan anggaran yang cukup besar dan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
Tidak tanggung-tanggung, untuk membuat run away baru diperkirakan menyedot dana APBN hingga Rp700 miliar.
"Memang, saat ini sudah dilakukan perataan lahan untuk runaway baru itu dengan harapan pada tahun 2012 nanti run away baru Bandara Supadio bisa langsung di gunakan. Namun jika dilihat tidak ada keseriusan pemerintah provinsi untuk mempercepat pembangunannya, saya tidak yakin tahun 2012 landasan baru itu selesai," kata Usmul.
Padahal, lanjutnya, berkaitan dengan peluang yang akan di dapat dengan adanya runaway baru itu nantinya berbagai prospek akan masuk ke Kalbar, tidak hanya perkembangan investasi yang akan meluas, namun siklus perekonomian dipastikan akan lebih hidup.
"Sayangnya pemerintah daerah tidak serius dalam membangun bandara, hasilnya begitu banyak peluang besar yang terabaikan. Dan sudah dipastikan, karena hal tersebut masyarakat kalbar sendiri yang merugi," tuturnya.(Rendra)
.JPG)
.JPG)
No comments:
Post a Comment