PENGAMAT : PERKEMBANGAN BANDARA SUPADIO LAMBAN

Sungai Raya - Pengamat Transportasi Udara Kalimantan Barat Syarif Usmulyani ST menyatakan perkembangan bandara Supadio Pontianak sangat lamban dan kondisinya jauh dari kata layak sebagai bandara Internasional.
"Status Bandara Supadio Pontianak adalah bandara Internasional, karena sudah melayani rute penerbangan ke negara lain dan juga sebagai border airport. Namun, kondisinya saat ini jelas tidak sesuai dengan status yang disandangnya," kata Usmulyani di Sungai Raya, Minggu.
Dia mengatakan sebagai bandara Internasional haru memiliki beberapa kriteria, diantaranya,
Mengenai wacana pembenahan bandara Supadio yang sudah digaungkan sejak 2008 lalu hingga saat ini masih berjalan tersendat. Saat ini PT Angkasa Pura hanya mampu membangun terminal kedatangan. Sementara untuk terminal penumpang (keberangkatan), pelebaran landasan pacu dan pemenuhan sarana pendukung untuk taraf sebuah bandara Internasional tidak akan bisa dilakukan PT Angkasa Pura sendiri.
"Perlu kerja sama dari banyak pihak, terutama pemerintah pusat, daerah dan pihak ke tiga," ucap Usmulyani.
Mantan Ketua Indonesia Air Traffic Controllers Association bagian kalimantan Barat itu juga menyatakan Bandar Udara Internasional merupakan sebuah bandar udara yang tidak hanya melayani rute penerbangan domestik, akan tetapi juga melayani rute penerbangan antar negara ataupun antar benua.
Suatu bandar udara internasional harus memiliki fasilitas Bea dan Cukai serta Imigrasi untuk melayani penerbangan internasional.
Bandar udara internasional sangat luas dan besar, supaya dapat menampung banyak penumpang. Disamping itu fasilitas bandar udara itu sendiri haruslah dapat mendukung pendaratan dan take off pesawat-pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747-400 yang melayani penerbangan internasional antar benua.
"Ia harus memiliki panjang landasan pacu minimal 3.000 meter," jelasnya.
Usmulyani menyatakan, Bandara Supadio sangat potensial untuk dikembangkan menjadi Bandara Internasional, namun PT Angkasa Pura masih memerlukan dukungan dari pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudkan hal tersebut.
"Jika PT Angkasa Pura sendiri yang mewujudkan bandara Supadio menjadi bandara internasional jelas tidak akan mungkin. Untuk itu diperlukan kerja sama yang baik antara PT Angkasa Pura dengan pemerintah dan pihak ketiga," ucapnya.
Usmulyani menyayangkan sikap peemrintah daerah Kalbar yang terkesan lamban untuk mendukung pembangunan bandara Supadio Pontinak. "Rencana pengembangan landasan pacu sudah di mulai sejak 2002 lalu namun sampai sekarang hal tersebut belum terealisasi," tuturnya.
Dia juga mengungkapkan, pada tahun 2011 ini pemerintah pusat melalui Dirjen Perhubungan Udara menganggarkan Rp700 miliyar untuk pembangunan landasan pacu, namun karena kurangnya kinerja pemerintah daerah untuk mendapatkan dana tersebut, Bandara Supadio menjadi berada pada urutan terbawah.
"Itu menunjukkan ketidak seriusan pemerintah membenahi bandara kebanggan masyarakat Kalbar ini," ucapnya.
Usmulyani menyarankan pemerintah Kalbar dapat mencontoh pemerintah Provinsi Kepualauan Riau dan Kota Pangkal Pinang. Meski kota Pangkal Pinang masih seumur jagung, namun perkembangannya sangat pesat karena di dukung pengembangan bandara Depati Amir.
Pemerintah di sana tidak segan-segan mengalokasikan pembangunan landasan pacu dari APBDnya. Karena mereka menyadari betapa urgentnye keberadaan bandara dalam pengembangan sektor ekonomi daerah.
"Sangat berbeda dengan pemerintah Kalbar yang jangankan mengalokasikan dana pengembangan bandara pada APBD, mendapatkan dana dari peemrintah pusat saja susah," sindirnya.

PT ANGKASA PURA II BERUSAHA BENAHI BANDARA SUPADIO
Kepala Divisi Operasi PT Angkasa Pura II cabang Bandara Supadio, Irmadani mengatakan sejak 2010 lalu pihaknya telah melakukan beberapa pembenahan pada bandara tersebut.
"Sedangkan untuk terminal Bandara Supadio pada bulan September nanti sudah dimulai. Pembangunan gedung baru dimulai dari Ruang VIP milik Pemprov Kalbar. Bangunan itu akan dirobah kemudian dibangun terminal baru," kata Irmadani.
Dia menjelaskan, wajah terminal baru nantinya akan dilengkapi fasilitas modern. Keamanan dan kenyamanan penumpang mendapat prioritas. Bangunan baru ini tidak kalah modern dengan bangunan bandara yang ada di daerah lain di Indonesia.
Untuk merealisasikan hal tersebut, PT Angkasa Pura II telah menyiapkan dana Rp77 miliar. Dana itu dicairkan secara bertahap.
PT Angkasa Pura II menyadari pembenahan bandara Supadio memang perlu segera dilakukan mengingat jumlah penumpang yang terus meningkat setiap tahunnya.
"Dinas Perhubungan Kalbar mencatat ada 1,8 juta penumpang pada tahun 2010 yang menggunakan jasa Bandara Supadio. Jumlah ini mengalami peningkatan 300 ribu penumpang dibanding tahun 2009, 1,5 juta penumpang," ucapnya.
Keterdesakan pembangunan bandara Supadio juga disebabkan oleh tuntutan maskapai penerbangan yang sebagian besar sudah siap untuk memasukkan pesawat berbadan lebar Boeing 737-900 ER dan Airbus 330.
Bahkan, sejak akhir 2010 lalu Garuda sempat mengancam akan cabut dari Bandara Supadio, karena hampir keseluruhan pesawt mereka sudah di ganti dengan tipe terbaru yang tentu tidak bisa didaratkan di bandara Supadio karena landasan pacunya tidak sesuai dengan standar pendaratan pesawat terbatu itu.
"Kita hanya berharap pemerintrah daerah bisa membantu perceptan proses pembangunan landasan pacu itu dan pembenahan bandara Supadio, apakah dengan melibatkan pihak ketiga, atau sebagainya, yang jelas pembangunan bandara Supadio harus dilakukan bersama, dan kita siap untuk itu," kata Irmadani.(Rendra)