PT ANGKASA PURA II PONTIANAK DI DEMO PETANI

Puluhan masyarakat petani Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya melakukan aksi memprotes tindakan PT Angkasa Pura II Pontianak yang memasang patok batas di atas tanah sengketa.
"Kami memasang baliho ini sebagai bentuk protes dan meminta pihak Angkasa Pura menghormati proses hukum yang sedang berjalan," kata Paino, perwakilan petani di sela aksi unjuk rasa di dekat Bandara Supadio, Kamis.
Paino yang juga penerima kuasa dari petani menjelaskan, protes itu dilakukan karena pihak Angkasa Pura II memasang pagar dan patok di atas tanah yang disengketakan, padahal saat ini sedang proses Peninjauan Kembali (PK).
"Proses hukum sedang berjalan kenapa dipasang patok, tolong hormati proses hukumnya," paparnya.
Baliho yang dipasang petani di atas tanah sengketa itu berukuran sekitar 4 meter persegi, berisikan tujuh item protes, terkait penuntutan keadilan dan protes kepada PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandar Supadio Pontianak.
Pengumuman di baliho raksasa itu terdiri atas, Pertama, kami petani berakhlak, berakidah, cinta damai, menolak anarkis dan kezaliman. Kedua, tanah seluas
127,130 meter persegi dikuasai dan digarap petani sejak 1949, hingga sekarang aktif dikerjakan dan tidak pernah dipindahtangankan ke pihak manapun.
Ketiga, SKT No 1027/TN/1975 tanggal 25 Oktober 1975 milik Departeman Perhubungan tidak mempunyai bukti pembelian tanah dan merupakan hasil rekayasa.
Keempat, Sertifikat Hak Pakai No 677 milik Departemen Perhubungan tidak termasuk tanah yang dikuasai petani sesuai SK Gubernur No 448/P/1981 tanggal 20
Oktober 1981 dalam pertimbangannya.
Kelima, Departeman Perhubungan dan PT Angkasa Pura II Bandara Supadio atau pihak manapun dilarang membangun di atas tanah yang dikuasai dan digarap petani.
Keenam, PT Angkasa Pura II Bandara Supadio dan pihak terkait jangan bermain api, sebab Kalimantan Barat suhunya panas. Ketujuh, Pak Hakim: "Kami Petani yang tidak punya duit untuk menyuap, putuskanlah yang benar adalah benar yang salah adalah salah, Tuhan tahu apa yang kau sembunyikan".
Pengumuman yang ditulis di baliho raksasa itu dipasang puluhan petani sekitar pukul 08.00. Aksi protes tersebut dikawal ketat pihak keamanan dari Polri dan
TNI Angkatan Udara. Setelah selesai, para petani langsung membubarkan diri dengan tertib.
Tanah sengketa itu melibatkan 27 petani selaku penggugat, Departeman Perhubungan selaku tergugat I dan Anggasa Pura II selaku tergugat II. Tanah seluas 127,130 meter persegi itu terletak di Kampung Sungai Durian, Desa Arang Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kalbar atau di Timur landasan pacu Bandara Supadio.
Terpisah, General Manager (GM) PT Angkasa Pura II, Normal Sinaga yang ditemui wartawan di ruang kerjanya mengatakan, sebenarnya patok yang dipasang itu bukan
patok baru.
"Patok yang lama sudah roboh, dan pagar yang lama sudah rusak, itu yang kita perbaiki. Jadi tidak ada kita memasang patu baru atau apa, itu bisa
kita buktikan di lapangan," katanya.
Terkait pemasangan baliho yang dilakukan para petani, Normal Sinaga menilai, semua mempunyai hak untuk mengutarakan pendapatnya. "Tadi malam kita sudah Berkoordinasi dengan Polri dan TNI AU, lalu kita mengizinkan Ppemasangan baliho itu, selama tidak menganggu Bandara, tidak melakukan anarkisme. Jadi sah-sah saja," jelasnya.
PT Angkasa Pura II juga mengabaikan batas waktu pemasangan baliho tersebut, karena menurut prediksi Normal Sinaga, dengan baliho yang dipasang para petani itu paling tidak dalam tiga hari sudah sobek, karena terpaan angin yang kencang di kawasan tersebut.
"Kita izinkan untuk memasang baliho itu, tidak ada persoalan," ujar Normal.(Rendra)