Kuatrain Rindu
Aku lukis rinduku pada lembar kali ini
melukisnya dengan sayap seputih melati
dan terbanglah,
kembali ke beberapa jenak lalu
Sudut
gelisah dalam sepi, lagu-lagu penuh debu
satu-dua awan, mengarak mengiring
langit sejernih telaga, juga matamu yang bening
Belum kudapat apa yang mesti kucatat
panas siang, tarian sawah, atau wajah-wajah penat?
Ah…inilah hidup dalam beberapa menit disini
sebab persinggahan kali ini adalah mimpi.
(Khatulistiwa, Oktober 2007-R.Ox)
Larut Malam,
Mengenangmu Lewat Stanza
Aku mengenangmu, larut malam kali ini
desah lelah yang terbaca pada
kusam jendela kereta senja
stasiun lewat, mata mengerjap begitu saja
manis kebun tebu, sawah yang basah,
pepadian yang rata
aku mengenangmu, saat rindu tiba-tiba mengeja
engkau, perjalanan kenangan, dan dekap masih terasa.
(Khatulistiwa, Oktober 2007-R.Ox)
Selat Bali, Menjelang Pisah
Telah tiba masaku tidur,
senyap melepas hangat buihmu
yang kujejak pagi dan senja
deburmu yang pecah
membelah rindu,
mencipta resah
Selatmu tetap teduh, Baliku sayang
dongeng dalam catatan
dongeng tanah kelahiran
inilah salam kecup paling lembut
tetap tengadah
Tetap tengadah,
selat Bali, selat teduh dalam resah
telah tiba masaku tidur
senyap melepas hangat buihmu
seduku tumpah, menjelang pisah...
(Jembrana, September 2007-R.Ox)
Menyanyilah...
Terlah kuajari kau membaca malam
saat gemercik air menjadi isakmu
gerimis menjadi air matamu
engkau yang layu dalam perjalanan
mencari pagi
cair oleh hangat mentari
belum tampak tempatmu menadah resah
dan...
menyanyilah
seirama gerak kaki-kaki kecil
gadis Kintamani
menyanyilah
sebab akupun menyanyi
di tempatku tertidur saat ini.
(Jembrana, September 2007-R.Ox)
No comments:
Post a Comment