Bangkit dan Berdiri

Malam kembali berkabut. Tak ada setitikpun cahaya bintang dilangit malamku. Aku terdiam membisu, mencari arah, kemana letak hatiku. Laluna yang biasanya terangi langit malamku, pun tamaram. Seperti enggan menemaniku, seolah tabuh melihat sosokku. Kemana perginya bintang saat malam membutuhkannya. Andaikan saja masih ada waktu untuk ku berburu dipadang malam yang semakin pekat, mungkin kan ku dapatkan setitik cahaya bintang di langit dari dunia yang lain. Aku seolah tenggalam dalam kesendirianku, sebab tak ada bintang yang mampu memapah galau hati ini. Jika aku berkata sambil mengutuk malam yang semakin congkak dengan warna suramnya, apakah aku seorang pendusta. Jika aku kini berdiri, sambil bertopang bahu, berteriak sekerasnya sambil bertitah penuh kekesalan, apakah aku pongah. Padahal malam dan bintang serta laluna senantiasa menemaniku. Selalu setia memberikan inspirasinya, menuntunku menuju pendewasaan. Namun malam, bintang dan bulan, kini tak berpihak kepadaku, apakah aku harus diam tanpa berbuat apa-apa..? Munngkin aku hanya bisa berceloteh dalam kesendirianku, mungkin aku hanya bisa tafakur dalam keabadian kelam. Namun dalam batinku berontak, seolah gejolak untuk bangkin mengalir deras bersama darahku. Aku lalu bangkit, berdiri, menengadah kearah langit. Ku tatap awan yang tak beraturan, seolah memberikan sebuah makna. Seketika, terbseit dalam benakku. Mungkin hanya malam ini saja bintang tak bercahaya, mungkin hanya malam ini saja laluna tak bersinar, dan mungkin hanya malam ini saja, lagit memekat. Satu keyakinan dalam hatiku terbit, kuyakin esok, saat aku menengadah kearah langit, semua kan memihak kepadaku. Khtulistiwa, 9/4/08 R-Ox